Mataram – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Bapak Muslim, ST., M.Si., membahas urgensi pengelolaan ekosistem dan biota hiu paus yang terintegrasi dengan pengembangan wisata alam tracking mangrove di Teluk Saleh. Hal ini diharapkan dapat menjadi pilihan wisata selain wisata hiu paus, guna menjaga keberlanjutan biota laut tersebut serta mendorong peningkatan ekonomi masyarakat melalui alternatif wisata baru.
Hal ini disampaikan oleh Bapak Muslim dalam rapat penyusunan rencana kerja Yayasan Konservasi Indonesia yang digelar pada hari Selasa, 6 Agustus 2024, di Ruang Rapat Nila Anjani, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB. Dalam rapat tersebut, beliau menekankan pentingnya diversifikasi wisata agar tidak terlalu membebani wisata hiu paus.
Selain itu, Bapak Muslim juga menyoroti perlunya sinkronisasi program dan kegiatan antara UPTD BLUD BPSDKP Wilayah Sumbawa-Sumbawa Barat dan Wilayah Bima-Dompu. Menurutnya, dengan adanya sinkronisasi tersebut, segala kegiatan yang dilakukan dapat lebih optimal dan terarah.
Pengembangan wisata treking mangrove diharapkan dapat menarik minat wisatawan yang mencari pengalaman berbeda, sekaligus menjaga kelestarian hiu paus di Teluk Saleh. Dengan adanya alternatif wisata ini, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat.